Pengaruh Covid-19 di Lingkunganku: dari Kesedihan hingga Rasa Syukur


Makhluk kecil itu telah mengubah dunia. Datang dari Wuhan, China, lalu merambah ke negara-negara terdekatnya hingga ke seluruh dunia. Virus yang menyerang pernapasan manusia itu telah memakan banyak korban jiwa, memporakporandakan perekonomian, memisahkan hubungan sosial dan fisik sesama manusia, dan sebagainya. Covid-19 atau virus Corona telah menciptakan kesedihan di mana-mana. Namun, dia juga memunculkan rasa syukur secara bersamaan.


Sumber gambar: pixabay.com.


Kesedihan Saat Covid-19 Melanda

Siapa yang enggak sedih menjalani kehidupan saat ini. Berita terus bertambahnya korban positif Corona hingga kematian akibat virus ini tiap hari terdengar. Di negara kita, penerapan social distancing atau physical distancing membuat sedih banyak pihak. Kita enggak bisa kerja di kantor, enggak bisa sekolah di gedung sekolah, enggak bisa pulang kampung, enggak bebas bepergian meski hanya ke pasar. Harus jaga jarak, harus memakai masker, harus benar-benar menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Kita enggak bisa menjalani kehidupan normal seperti biasanya.

Baca juga: Covid-19 di Mata Anak-anakku.

Kerinduan pada orang-orang tersayang...

Ruang gerak yang terbatas juga menciptakan kerinduan pada orang-orang tersayang yang enggak bisa terjangkau untuk sementara waktu. Saya sedih sekali melihat bapak dan ibu yang sangat merindukan kakak saya. Kakak dan istrinya kerja dan berdomisili di Jakarta saat ini. Terakhir kakak berkunjung ke rumah kami (saya dan bapak ibu tinggal serumah) yaitu saat tahun baru 2020. Lalu ketika Covid-19 mulai menyebar di berbagai daerah di Indonesia, kakak tak berani berkunjung ke rumah kami. Apalagi Jakarta adalah zona merah. Dia takut jadi carrier bagi keluarga kami. Apalagi, bapak dan ibu sudah sepuh, yang notabene merupakan orang-orang yang rawan tertular virus Corona.

Saya dan suami pun rindu pada saudara-saudara di kampung halaman. Ingin sekali pulang kampung, tapi keinginan itu harus kami tahan. Sedih, tapi enggak boleh larut dalam kesedihan. Jalani saja dulu 😊.

Sumber gambar: pixabay.com.


Perekonomian memprihatinkan.

Kesedihan berikutnya, ketika saya melihat lingkungan sekitar. Banyak warung makan dan warung kopi yang tutup, toko-toko swalayan sepi pengunjung, perekonomian memprihatinkan. Dan yang miris itu ketika kemarin saya melihat tetangga baru kami didatangi satpol PP. Tetangga itu baru beberapa hari mengontrak rumah di sebelah rumah kami. Mereka membuka warung kopi ala kadarnya. Tapi ketika ada patroli dari satpol PP dan ketahuan warung mereka sedang buka, mereka dipaksa tutup. Sedih sekali melihatnya. Tapi bagaimana lagi, hal itu untuk mencegah penyebaran Covid-19. Tempat-tempat keramaian atau berkumpulnya orang-orang harus dihindari untuk sementara waktu.

Kesedihan Para Guru dan Murid-muridnya..

Tak kalah menyedihkan adalah para guru dan murid-muridnya. Mereka sudah rindu untuk sekolah lagi. Gurunya anak-anak kami sudah beberapa kali menyampaikan rindu pada anak-anak. Mereka ingin mengajar dengan bertatap muka langsung. Apalagi guru TK, mereka kangen sekali pada murid-muridnya yang lucu-lucu dan ramai. Anak-anak juga kangen sekolah. Meski kebanyakan hanya kangen pada teman-temannya saja. Hehe.

Masih Ada Rasa Syukur di Tengah Pandemi Covid-19

Work from home (WFH) telah dilakoni banyak pihak sejak virus Corona ini menjadi wabah di Indonesia. Bahkan School from home (SFH) telah dilaksanakan oleh semua siswa sekolah di Indonesia. Kemudian, imbauan pemerintah agar masyarakat #dirumahaja untuk sementara waktu hingga wabah ini menghilang, ternyata banyak menciptakan hikmah juga. Hingga akhirnya rasa syukur akibat pandemi Covid-19 ini muncul.

Kebersamaan bersama keluarga...

Hal pertama yang patut disyukuri adalah kebersamaan dengan keluarga menjadi lebih besar kuantitasnya. Dan bagi sebagian orang mungkin kebersamaan dengan keluarga semakin berkualitas juga. Ayah dan ibu yang biasanya ngantor sejak pagi hingga petang, kini bisa di rumah bersama anak-anak sehari penuh. Bagi yang pandai membagi waktu antara pekerjaan dan urusan keluarga, kebersamaan di rumah tentu menjadi menyenangkan dan berkualitas.

Bagi saya pribadi, karena sebelum wabah muncul sudah manjadi stay at home mom dan suami berwirausaha di rumah, kebijakan pemerintah agar #dirumahaja tidak berdampak besar bagi keluarga. Perubahan yang muncul hanya anak-anak belajar dari rumah, anak-anak enggak boleh sama sekali keluar rumah, saya juga enggak keluar rumah kecuali ada kepentingan yang benar-benar urgent seperti memeriksakan anak yang sakit ke rumah sakit. Nah, yang enggak bisa ditahan keluar rumah adalah suami. Karena dia harus membeli berbagai kebutuhan hidup sehari-hari, juga beberapa kali keluar rumah untuk urusan pekerjaan.

Sarana belajar menjadi lebih sabar dan kreatif.

Mendampingi anak-anak belajar dari rumah memunculkan sikap sabar dan kreatif dari saya, ibunya. Ramainya anak-anak di rumah entah itu sedang bercanda atau saling olok hingga saling nangis, membuat saya harus bisa lebih sabar menghadapi situasi seperti itu. Saya juga harus sabar menjadi guru mereka, saat mereka malas-malasan belajar atau bahkan mengeluh dan marah-marah karena tugasnya mereka nilai terlalu sulit dikerjakan. Hemm... Saya terus berlatih menjadi ibu yang sabar di kala pandemi Covid-19 ini melanda 😊.

Beberapa hasil karya #belajardarirumah

Selain itu, saya juga harus lebih kreatif untuk mengisi waktu "liburan" anak-anak. Tugas-tugas dari sekolah bisa dikerjakan dalam waktu enggak sampai sehari penuh. Nah, sisa waktu yang ada itu harus saya atur untuk anak-anak beraktivitas. Agar anak-anak enggak bosan di rumah terus. Biasanya kami bermain bersama, membuat prakarya, dan lain-lain.

Bersyukur karena merasa lebih beruntung.

Masa-masa pandemi ini juga memunculkan rasa syukur yang tak terhingga ketika kami melihat kondisi banyak pihak yang kurang beruntung. Contoh paling dekat, ya, tetangga baru kami seperti yang saya ceritakan di atas. Dan ada banyak sekali orang yang kehilangan pekerjaan akibat wabah ini. Kami lebih beruntung karena suami masih bisa bekerja seperti biasa di rumah. Begitu juga ketika melihat kiprah para nakes (tenaga kesehatan). Kami merasa sangat bersyukur, salut, dan berterima kasih kepada mereka. Mereka berjuang di tengah wabah ini dengan mempertaruhkan nyawa mereka.

Covid-19 memang menciptakan banyak pengaruh menyedihkan, termasuk di lingkungan saya. Tapi, kami masih bersyukur atas semua yang masih kami punya dan masih bisa kami lakukan hingga detik ini. Semoga pandemi Covid-19 ini lekas berlalu, ya. Aamiin.


Diah Kusumastuti
Saya ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Blog saya berisi bermacam tulisan terkait family, parenting, pendidikan, traveling, dll. Email: d3kusumastuti@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter