Covid-19 di Mata Anak-anakku

Covid-19. Tentu orang di seluruh dunia sudah tahu apa itu Covid-19 atau virus Corona. Bagaimana tidak, virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China ini kini sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ditemukan di akhir tahun 2019, sekarang pada pertengahan bulan April 2020 virus ini sudah memakan jutaan korban jiwa. Wabah atau pandemi Covid-19 telah terjadi di mana-mana.

Sumber gambar: pixabay.com.

Sejak virus ini menjamah Indonesia di awal Maret 2020 dengan bukti positifnya dua orang warga Depok terjangkit Covid-19, masyarakat mulai waspada. Berbagai informasi mengenai virus ini tersebar di segala media. Mulai televisi, media massa online, media sosial, YouTube, blog, WhatsApp, dan lain-lain. Masyarakat menjadi tahu lebih jauh mengenai virus ini dan dibuat waspada.

Mulai dengan menjaga kesehatan dan kebersihan badan dan lingkungan, rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak, dan sebagainya. Masyarakat sedikit demi sedikit mulai mengikuti imbauan pemerintah maupun tenaga kesehatan tersebut. Tetapi yang paling sulit diikuti adalah imbauan pemerintah dalam masalah social distancing atau physical distancing.

Imbauan untuk jaga jarak sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, dan berakhir dengan sebaiknya #dirumahaja jika tak ada keperluan mendesak untuk keluar rumah, itu sangat sulit dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Ini dikarenakan banyak orang yang enggak bisa dapat uang jika hanya di rumah terus. Kalau enggak ada uang, bagaimana mereka bisa memenuhi berbagai kebutuhan untuk hidup?

Baca juga: Memulai Semangat Baru.

Covid-19 di Mata Anak-anakku

Pandemi Covid-19 ini memang bukan perkara yang mudah dibereskan. Hampir semua lini kehidupan terdampak. Termasuk juga pendidikan anak-anak. Sekolah anak-anak diliburkan dan mereka harus #belajardarirumah bersama orangtuanya masing-masing.

Kedua anak saya yang duduk di kelas 3 SD dan TK, mulai belajar dari rumah sejak tanggal 17 Maret 2020 hingga sekarang. Pemberitahuan terakhir dari sekolah, akan masuk kembali tanggal 27 April besok. Tapi entahlah akan diperpanjang lagi atau tidak. Karena melihat situasi dan kondisi saat ini yang makin tidak kondusif. Daerah kami, Sidoarjo, termasuk zona merah dan kabarnya akan segera diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bersama dengan kota Surabaya dan Gresik.

Sejak awal #belajardarirumah dan bahkan beberapa hari sebelumnya, anak-anak sudah bertanya-tanya seputar Covid-19. Awalnya mereka kadang melihat berita-berita di televisi (di kamar kakek-neneknya) maupun di media massa online dan YouTube yang kami (saya, suami, dan anak-anak) baca/tonton bersama. Kata-kata virus Corona atau Covid-19 sudah mulai akrab di telinga anak-anak.


Kemudian ada tugas-tugas mereka yang berhubungan dengan Covid-19. Yang pertama ada video yang dikirimkan guru si kakak mengenai Covid-19. Video bikinan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPA RI) bersama Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) itu disimak oleh si kakak lalu diceritakan kembali. Video cerita Covid-19 ala si kakak dikirimkan ke gurunya. Si adik juga ikut menonton. Dari video itu anak-anak menjadi lebih paham tentang Covid-19 meski mungkin belum menyeluruh.

Cuap-cuap si sulung tentang Covid-19 (masih malu-malu).

Selain tugas menceritakan Covid-19, anak-anak juga mendapat tugas mempraktikkan bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Keduanya jadi belajar bagaimana mencuci tangan yang benar agar kesehatan dan kebersihan badan terjaga, agar bisa terhindar dari virus-virus jahat termasuk Covid-19.

Dari melihat berita-berita, mengerjakan tugas sekolah, dan melihat aktivitas sehari-hari anggota keluarga selama mereka #belajardarirumah #dirumahaja pemahaman mereka mengenai Covid-19 dan bagaimana kita harus menyikapinya semakin baik. Saya dan suami juga sedikit demi sedikit memberikan pemahaman kepada mereka mengenai Covid-19. Bagaimana virus itu bisa masuk ke dalam tubuh kita, bagaimana menghindarinya, dan sebagainya. Tentu saja kami juga memberi contoh nyata pencegahannya, seperti sering-sering cuci tangan pakai sabun, enggak keluar rumah kalau bukan urusan penting, pakai masker jika keluar rumah, dan lain-lain.

Kalau celoteh si nomor dua (TK), diantaranya begini:
"Kita gak boleh ke mana-mana, karena di luar banyak virus Corona."
"Kalau kita ketemu orang, enggak boleh salaman dulu. Soalnya kalau salaman bisa kena virus Corona!"
Bla bla bla..
😄😄😄

* Videonya enggak saya upload di YouTube atau di blog ini, soalnya lagi enggak pakai jilbab 😁

Kalau si nomor 3 dan nomor 4, taunya mereka enggak boleh ke mana-mana. Semua enggak boleh ke luar rumah kecuali ayahnya (untuk beli kebutuhan sehari-hari dan keperluan pekerjaan). Hehe. Ya, alhamdulillah anak-anak nurut perintah kami, orangtuanya. Padahal biasanya tiap ayahnya atau saya pergi, mereka ingin ikut semua. Sekarang, mereka hanya rebutan ngomong, pengin nitip dibelikan jajan ini-itu 😁.

Demikianlah temans, sedikit cerita saya tentang Covid-19 dan bagiamana anak-anak saya memahami virus itu.

Ya Allah... Semoga anak-anak kami dan kami semua sabar dan kuat menjalani kehidupan saat pandemi Covid-19 ini. Aamiin.


Diah Kusumastuti
Saya ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Blog saya berisi bermacam tulisan terkait family, parenting, pendidikan, traveling, dll. Email: d3kusumastuti@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter