Arti Kemerdekaan Bagiku

17 Agustus. Buat seluruh rakyat Indonesia, mendengar tanggal itu pasti pikiran langsung tertuju ke "Hari Kemerdekaan Indonesia". Begitupun dengan saya. Selanjutnya di setiap tanggal itu pula saya kembali merenung, "Apa arti kemerdekaan bagiku saat ini?"

arti kemerdekaan bagiku

Arti Kemerdekaan di Masa Lalu

Dulu waktu masih berseragam sekolah, merdeka bagi saya adalah bisa sekolah, bermain dan belajar dengan teman-teman, terpenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Ketika kebutuhan-kebutuhan yang berbasis materi itu bisa saya nikmati, saya sudah merasa merdeka.

Lalu ketika kuliah dengan secuil pemikiran penuh idealitas, saya merasa kemerdekaan adalah keadaan jiwa dan raga yang bebas melaksanakan perintah-perintah Allah Yang Maha Sempurna, tanpa dikekang oleh orang lain. Siapapun. Saya bersyukur punya orang tua yang mendorong saya mengenakan hijab sejak SMP, dan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur'an. 

Sementara itu saya kasihan dengan teman-teman yang ingin berhijab dan melaksanakan perintah-perintah lain dari-Nya, namun ada kendala dari orang tua dan lingkungan. Ada pula yang enggan berjilbab karena takut peluangnya kecil dalam hal mendapatkan pekerjaan. Menurut saya mereka belum merdeka.


Arti Kemerdekaan Bagiku Saat Ini

Makna kemerdekaan seperti poin-poin di atas masih saya pegang semuanya hingga saat ini. Karena sepengetahuan saya kemerdekaan mencakup banyak hal. Merdeka jasmani dan ruhani, merdeka materi dan non-materi, merdeka dari segala aspek. Lalu, apakah saat ini saya telah merasa merdeka dari semua aspek?

Tentu saja belum. Saya merasa belum merdeka untuk beberapa hal. Bukannya enggak bersyukur atas segala nikmat yang telah Dia berikan untuk saya hingga detik ini, namun saya merasa belum bebas melakukan hal-hal tertentu. 

Pernah suatu ketika, saya sudah selesai memasak, memandikan anak-anak, lalu menidurkan si kecil. Ah, satu per satu pekerjaan tertunaikan pagi itu. Dan saya merasa rencana hari itu akan berjalan mulus. Setelah itu saya akan mandi, lalu menyelesaikan membuat artikel dengan mengetiknya di PC.

Namun enggak saya duga, sekeluar saya dari kamar tidur dan hendak mandi, ibu (yang serumah dengan saya bersama bapak) bertitah, "Nanti habis mandi tolong bantu ibu membungkus jajanan ini, ya!"

Seketika bayangan akan rencana aktivitas yang mulus jadi hancur. Ya, saya selalu susah menolak jika diperintah ibu. Seringkali kejadian seperti itu berulang. Saya ingin begini-begitu, tapi tiba-tiba buyar karena ibu membutuhkan bantuan saya. Dan seketika itu juga saya merasa belum merdeka. Hemm..

Kira-kira seperti itu kemerdekaan yang belum saya dapatkan saat ini. Ternyata saya belum bisa bebas melakukan apa-apa yang saya rencanakan di rumah sendiri. Belum bisa bebas melakukan aktivitas yang saya suka dan saya rencanakan, belum bisa bebas mendidik anak karena kadang ada campur tangan bapak dan ibu, belum bisa bebas bepergian (traveling) karena enggak enak jika meninggalkan orangtua di rumah (karena jika diajak juga enggak memungkinkan), dan semisalnya.

Tapi...

Saya bersyukur hal-hal yang membuat saya merasa belum merdeka itu datangnya dari kedua orangtua. Saya bersyukur karena saya yakin, berbakti kepada kedua orangtua insyaa Allah akan berpahala. Insyaa Allah akan Dia lapangkan rezeki, kebarakahan, dan kebahagiaan hidup bagi yang berbakti pada kedua orangtua. Meski itu enggak semudah yang dilihat orang lain.

Semoga saya bisa belajar ikhlas melakukan semuanya, dan kelak bisa merasa merdeka meski dengan segala kondisi yang mewarnai.



Diah Kusumastuti
Saya ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Blog saya berisi bermacam tulisan terkait family, parenting, pendidikan, traveling, dll. Email: d3kusumastuti@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter