Ternyata Saya Bukan Siapa-siapa

Semakin berumur, saya semakin mengerti dan sadar, bahwa ternyata saya bukan siapa-siapa. Perjalanan kehidupan telah mengajarkan banyak hal, dan insyaa Allah membuat saya lebih dewasa dalam bersikap.

ternyata saya bukan siapa siapa

Ada teman lama, yang sekarang hanya bisa berinteraksi di WAG. Saya pikir orang ini kok gini amat kalau berinteraksi di WAG, yah mungkin dia masih seperti yang dulu, kurang gaul. Tapi ternyata, dia lebih luas pergaulannya, hanya caranya berinteraksi yang kurang apik. Saya sih jauh lebih kuper dari dia 😌.

Ada teman bloger, awalnya saya pikir halah siapa sih dia? Cuma ibu rumah tangga yang doyan ngerumpi dan nyetatus geje. Tapi ternyata, beliau banyak channelnya, banyak teman yang menghormatinya. Astaghfirullah ternyata jelek sekali pikiran saya.

Ada tetangga jauh, pakaiannya seksi-seksi, suka marah-marah sama anaknya, tapi ternyata dia suka ngasih tetangganya sayur matang. Saya enggak sebaik dia rupanya.

Ada juga ibu sesama wali murid. Dia suka ngerumpi sama siapa saja. Saya pikir itu jelek. Tapi ternyata dia lebih baik dari saya, karena orang-orang lebih memilih dia untuk diajak ngobrol daripada memilih saya yang pendiam, yang enggak enak diajak ngobrol.


Yah, banyak sekali contoh kesalahan saya dalam menilai orang lain. Kemudian saya berpikir, kenapa sih mindset saya selalu menilai orang lain? Apa karena ketularan bapak ibu saya yang suka menilai orang lain juga? Hehe. Ah, tak perlu menyalahkan orang lain sih, ya. Saya berusaha memperbaiki pikiran sendiri.

Saya berusaha enggak menilai orang lain. Tapi sebaliknya, berpikir positif bahwa di balik "keburukan" yang tampak pasti banyak kebaikan-kebaikan yang belum kita ketahui. Sebaliknya, orang yang tampak sempurna pun enggak perlu disanjung berlebihan. Karena dia pasti juga punya kekurangan. Proporsional saja melihat orang lain. Biasa saja. Yang penting kita bergaul dengan etika yang baik, dan menyingkirkan pikiran-pikiran buruk ataupun pujian yang berlebihan.


Jadi sekarang...

Saya sepenuhnya menyadari, bahwa setiap orang punya kekurangan sekaligus kelebihan. Jika baru mengenal orang lain, saya tanamkan dalam hati, jangan pernah berpikir negatif. Pikirkan saja hal-hal terbaik yang mungkin ada pada dirinya. Karena ternyata, saya bukan siapa-siapa. Dan orang-orang selain saya itu, semuanya lebih baik dari saya. Ya, mereka punya kebaikan-kebaikan yang tak saya miliki.


Diah Kusumastuti
Saya ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Blog saya berisi bermacam tulisan terkait family, parenting, pendidikan, traveling, dll. Email: d3kusumastuti@gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. Kok makjleb ya ini 😆😆😆
    Makasiii mba.
    Reminder juga buatkuu

    BalasHapus

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter